[MFCA] Mersault dalam buku Orang Asing karya Albert Camus

22.50

Monday Fictional Character Analysis - 11.01.2016
(Sebagian teks telah disunting oleh admin)



Tri Astuti: Malam ini, kita akan sedikit lebih dekat dengan salah satu tokoh di sebuah roman, yang berjudul "Orang Aneh". Sebagai informasi, bahwa Orang Aneh adalah roman yang diterbitkan oleh Senja Publishing ini sebelumnya telah diterbitkan oleh Narasi dengan judul "Orang Asing", dari versi aslinya yang berjudul "L'Etranger" karya Albert Camus.

Tema dari buku ini adalah "absurditas". Nah, lewat si tokoh utama dalam roman ini yakni Mersault, kita akan berkenalan lebih dekat dengan Absurditas yang dituangkan dalam diri Mersault oleh Camus.

Dalam roman ini tidak ada nama depan yang diberikan oleh Camus kepada Mersault. Kita cukup mengenalnya dengan Tn. Mersault saja. Seorang keturunan Prancis (atau Perancis?) yang tinggal di Aljazair.

Satu-satunya informasi yang bisa kita ketahui dengan pasti adalah Mersault ini baru saja ditinggal mati oleh ibunya. Dan, dia dibesarkan dengan tidak terlalu dikenalkan dengan agama (ini bisa ditarik dari pernyataan bahwa ibunya adalah orang yang tidak percaya dengan agama meskipun ibunya bukan seorang atheis).

Febiana: Org asing ini pernah d terjemahin sama obor bukan sih ?

Tri Astuti: Ouh, terima kasih, KakPeb. Udah mengingatkan. Tadi itu bukan Narasi, gaes. Tapi Obor

Tri Astuti: Untuk usia Mersault sendiri, saya mengira bahwa dia adalah pria yang berusia kurang lebih sekitar 30an tahun. Yang sebelumnya tidak dijelaskan dekat dengan wanita manapun, tetapi setelah pemakaman ibunya dia akhirnya bisa membawa pulang seorang wanita untuk menemaninya di apartemen.

Roman ini terdiri dari dua bagian. Satu bagian menceritakan soal kehidupan yang monoton, dan bagian lainnya menceritakan kehidupan yang meski agak monoton paling nggak di sini letak konflik si tokoh utama.

Absurd, adalah tema besar dalam karya ini. Selain dari latar belakang kenapa roman ini bisa terbit, ya memang sesuai dengan temanya tadi semua yang diceritakan memang absurd. Baik pandangan tokoh utama mengenai kehidupan atau perihal kejadian2 lainnya yang gak kalah absurd.

Mersault, pria biasa aja yang aku nggak tau apakah dia ganteng atau pas2an, apakah dia gondrong atau cepak, ini dapet telegram yang ngabarin kalo ibunya meninggal. Jadi dia harus pergi ke panti jompo buat ngikutin upacara pemakaman ibunya ini.

Mersault, digambarkan oleh Camus sebagai sosok yang kataku absurd dalam berpikir atau menghadapi segala sesuatunya. Jadi gini....saat dia mau ijin ke atasannya buat ngehadirin upacara pemakaman ibunya, dia bilang gini, "Maaf, anda tentu tahu bahwa hal ini (kematian ibunya) bukan kesalahanku." (Halaman 2)

Febiana: Selain itu contoh k absurd nya apa lg kak Yas?

Tri Astuti: Nggak hanya itu, setelah sampe di panti jompo tempat ibunya, dia langsung di bawa ke ruang mayat buat nemuin si ibu yang udah nggak bernyawa. Dari pertama mendengar berita duka itu, Mersault tidak lantas merasa sedih atau berduka, mungkin lebih tepatnya dia lempeng2 aja.

Febiana: Dia gak deket sama emaknya kali

Dida: Kok bisa lempeng?

Tri Astuti: Nah, ini dia, Kak... di sini nggak dijelasin gimana hubungan dia dengan emaknya. Tapi kalo menurut konvensi umum kan orang kalo ditinggal emaknya meninggal ngerasa sedih begitu ya.

Jadi, kalo kataku ini Camus menggambarkan hal itu hanya berdasarkan konvensi umum tanpa pembaca tau gimana hubungan si tokoh2nya.

Febiana: Gak selalu sih kak Yas~ Klo emaknya gak pernah ketemu dya dari kecil. Trs d kabarin eh emak lw meninggal. Awalnya ya pasti lempeng sih, karena merasa tdk ada ikatan emosi

Tri Astuti: Iya, KakPeb. Memang gak selalu, tapi dalam pandangan orang umum, ketika ada kerabat kita yang meninggal apalagi ibu kita, pasti akan ada rasa kehilangan dan rasa duka. Begitu. Makanya tadi aku bilang kalo patokan si Camus ini lebih ke konvensi umum masyarakat aja.

Kurniati: Absurd itu apa kak? Itu absurd or emotionless?

Ini absurd lebih ke bagaimana hubungan Mersault dengan kehidupan luar.

Tri Astuti: Wait, nanti di akhir roman bakalan ada hal absurd dari tokoh lain yang agak nganu kalo menurutku...

Dan setelah sampe di kamar mayat, bahkan dia nggak menangisi ibunya yang udah tiada. Bermula dari kontroversi itulah, tokoh utama cerita ini, Meursault, dianggap aneh oleh orang sekitarnya. Ia dianggap tidak sesuai dengan konvensi umum.

Konfrontasi juga digambarkan waktu Meursault ketemu dengan teman2 ibunya. Mersault ngerasa orang2 disekitarnya ngeliat dia dengan tatapan aneh, kayak pandangan yang mengadili atas reaksi Meursault yang tidak bersedih atas kematian ibunya.

Bukannya berduka atau berdoa buat ibunya, Mersault lebih memfokuskan pikiran dia ke hal2 kecil yang ada di sekitarnya. Dari fakta bahwa orang tua itu sering bergumam, atau soal sapu tangan renda yg dibawa mereka, cara mereka batuk, dan lain2nya.

Hal ini jika kita posisikan di kondisi yang lagi nggak berduka, mungkin suatu hal yang biasa aja. Tetapi, karena ngeliat posisinya Mersault yang baru aja ditinggal meninggal ibunya, ini agak irasional buat orang lain (orang dalam setting roman).

Ada pernyataan yang menarik di halaman 23 di buku ini, "kalau kau berjalan pelan-pelan, ada kemungkinan kau mendapat serangan jantung. Tapi kalau kau berjalan terlalu cepat kau akan berkeringat dan udara dingin dalam gereja itu akan membuat kau tidak enak badan." Ini permisalan begitu ya.. apa itu istilahnya, metafora?

Jadi, kutipan di atas kek ngerepresntasiin soal gerak manusia. Kalo manusia terlalu lamban, maka si manusia ini akan ketinggalan dari yang laennya, lama adaptasi atau nyesuaiin diri dengan norma di lingkungan hidup dia. Kalo terlalu cepet, manusia akan dipandang bertindak tanpa berpikir panjang (grusa-grusu), dan ini juga ada kemungkinan nggak sesuai dengan konvensi umum di lingkungan hidup si manusia ini.

Manusia bakalan tetap diasingkan, baik dia milih jalan lambat atau cepet, karena hidup nggak ninggalin pilihan yang jelas. (Gitu kira-kira kalo menurut buku ini)

Sebenernya kalo kita baca buku ini di bagian pertama aja, walopun ngerasa agak aneh dengan karakter Mersault, ini akan tetap biasa aja kalo kita nggak baca bagian keduanya. Kenapa?

Di pertengahan cerita, waktu Mersault ke pantai dan ketemu dengan orang arab (orang arab ini musuh dari temennya Mersault), dia nembak orang arab ini dengan 5 kali tembakan. Satu tembakan jitu yang langsung melumpuhkan si orang arab, dan jeda beberapa saat, empat tembakan lainnya berturut2 dilancarkan lagi sama Mersault.

Atas kejadian ini, Mersault akhirnya diadili sesuai dengan hukum setempat.

Waktu persidangan pertama, bukannya mengikuti jalannya persidangan dengan baik, Mersault lebih asik merhatiin wartawan2 yang ada di depannya. (Kalo ini agak nganu buat eike secara pribadi tanpa nurutin teorinya Camus. Ketika seseorang lagi diadili dan nasib hidup matinya ada di pengadilan ini, orang ini bukannya memikirkan bagaimana nasib dia tapi malah asik merhatiin wartawan yg lagi ngeliput, dan tanpa ada perhatian buat jalannya persidangan ini).

Nah, hal2 yang kita anggap sepele... kek bagaimana dia nggak berduka atas kematian si ibu, bagaimana dia mengencani wanita sehari setelah ibunya meninggal, dll--ini akan jadi penentu waktu proses pengadilan dia.

Dia pertama dituntut atas kasus pembunuhan, tapi.....jaksa penuntut umum yang nanganin perkara dia, menjadikan hal2 tersebut di atas sebagai senjata ampuhnya buat njatuhin hukuman seberat-beratnya buat si Mersault.

"Orang yang duduk sebagai pesakitan itu bukan saja menurut kehendak hatinya bersuka ria yang melampaui batas, sehari setelah ibunya meninggal dunia. Ia juga telah menjadi seorang pembunuh berdarah dingin, ....... Para anggota juri yang terhormat, itulah tipe orang yang menjadi pesakitan hari ini." (Halaman 129)

Pernyataan itu dilontarkan jaksa setelah menanyai saksi2 bagaimana reaksi Mersault atas kematian ibunya, dan bagaimana sikap Mersault waktu pemakaman ibunya, serta setelah mendengar jawaban Mersault sebelumnya bahwa Mersault ngebunuh orang arab ini nggak lain karena dia kepanasan dan tertekan sama cuaca hari itu. Diketahui bahwa Mersault nggak punya dendam ataupun urusan dengan orang arab ini, tapi karena cuaca yang panas, akhirnya dia berbulat hati buat narik pelatuk ke arah orang arab ini.

Kebingungan terjadi waktu jaksa penuntut mampu nyalahin Meursault bukan karena ngebunuh orang arab, tapi karena tidak berduka saat kematian ibunya, dan ai jaksa menekankan bahwa itu merupakan sebuah keganjilan. Jaksa penuntut berusaha meyakinkan peserta sidang ataupun juri kalo Meursault patut dihukum mati karena ia 'berbeda' dengan masyarakat pada umumnya. Tepat di peristiwa inilah hubungan antara Meursault dan kehidupannya dinilai sangat irasional dalam hubungan sebab akibat, yang begitu menggambarkan absurdnya hidup ini.

Akhir cerita Mersault dihukum mati (kalo diterjemahan Obor keknya dia digantung, tapi kalo diterjemahan Senja Publishing dia dipenggal di depan umum) bukan lebih karena dia membunuh, tapi karena dia menjadi "orang aneh" di tengah konvensi umum.

You Might Also Like

0 comments

Kami selalu terbuka untuk segala kritik dan saran dari para Sahabat Buku sekalian, silahkan mengisi kolom komentar untuk menumpahkannya. Terima kasih.

Like us on Facebook