[Ulasan Buku] Outsiders - Kisah Para Penunggang Motor
10.44Judul: Outsiders – Kisah Para Penunggang Motor | Penerbit: Exchange Publisher | Penulis: Isfandiari MD & Iwan Rasta | Penyunting: Ahmad Ibrahim Badri | Jumlah Hlm.: 284 hlm | Cetakan Pertama, 2014 | ISBN: 978-602-70105-3-6
Outsiders—adalah buku pertama mengenai salah satu
klub motor yang namanya sudah tak asing lagi di telinga para two wheeler. Buku ini saya dapatkan dari
Bang Iwan, yaps, beliau adalah salah
satu penulis yang menyusun buku Outsiders. Lalu bagaimana buku ini berhasil
menyihir saya untuk tidak melepaskannya sampai buku ini habis saya baca?
Buku yang menurut saya seperti biografi ini berisi 12
bab, masing-masing babnya menyajikan cerita di antaranya Peristiwa Berdarah di
Rangga Gempol—yang merupakan bab khusus yang ditujukan kepada salah satu
anggota MMC Outsiders Nationz, yakni Umar Farhat (Aat) yang meninggal pada
tanggal 6 Agustus 1996 di Trunojoyo, Bandung Utara. Aat meninggal pada
penyerangan yang dilakukan oleh kelompok gangster tak dikenal.
Pada awalnya, saya menemukan sedikit kesulitan saat
membaca buku ini. Maklum saja, klub motor dan istilah-istilah yang ada di
dalamnya adalah hal yang benar-benar asing untuk saya. Tetapi, hal itu bisa
diselesaikan dengan mudah karena pada buku ini terdapat banyak catatan kaki
untuk istilah-istilah yang memang akrab untuk kalangan two wheeler saja.
Buku ini tidak saja menceritakan bagaimana MMC
Outsiders Nationz terbentuk, tapi lebih daripada itu, buku ini menceritakan
tentang persaudaraan, pengorbanan, perjalanan, kematian, keterlibatan di dunia
politik, hingga pada masa kelam dan masa jaya MMC sendiri. Saya sebagai orang
awam yang memang tidak pernah bersentuhan sebelumnya dengan dunia two wheeler, memang kadang memandang
sebelah mata tentang keberadaan klub-klub motor ini, bukan karena merendahkan
atau bagaimana—karena dunia mereka menurut saya tidak lepas dengan kekerasan
ataupun kerusuhan. Tetapi, dengan membaca buku ini saya menjadi sedikit tahu,
bahwa di balik itu semua mereka adalah orang-orang yang menurut saya patut
diberi acungan jempol karena sense of
belonging mereka terhadap klub yang menjadi naungan mereka ini sangat
besar, yang mana hal ini kadang malah akan susah sekali kita temukan pada
komunitas-komunitas lainnya.
Cara bercerita yang apa adanya dan lugas membuat buku
ini bisa dijadikan teman menghabiskan waktu yang cukup saya rekomendasikan
kepada teman-teman, tapi, tentu saja ada beberapa hal yang mengganggu saat
saya menyelesaikan buku ini, seperti pada pengambilan sudut pandang si
pencerita—kadang antara satu paragraf dengan paragraf yang lainnya ada sedikit
rancu padahal itu ada dalam satu cerita yang sama.
Ada satu bagian yang memang menjadi bagian favorit
saya dalam buku ini, yakni kata-kata yang diberikan oleh Mang Rambing pada film
independen yang dibuat oleh MMC Outsiders Nationz yang berjudul United KZ
Indonesia,
“Kita orang-orang polos yang mencoba menikmati hidup ditemani motor. Menikmati hidup dalam keragaman klub. Mencoba enjoy melintasi kepenatan dunia. Mencari kesenangan di jalan juga di antara teman. Membuang energi negatif dengan teriakan “ANJING!” Ini bukanlah pertanda kekerasan, tapi mencoba menyingkirkan kemunafikan untuk jiwa-jiwa yang mengerti. Ini justru cermin kehangatan. Ia tak bersembunyi dalam retorika bahasa sopan dan halus. Malah, di antara wajah-wajah kusam, lahir pehatian tulus, seadanya, dan berjiwa…” (Outsiders, hlm.198-199)
Dan, pada akhirnya saya berharap agar de Condors
dapat terbang tinggi tanpa lupa dengan pijakan awal yang menjadi ideologi
mereka, tetap mengembara pada jalanan tiada ujung dengan menyebarkan pesan
damai.
“You’ll Never
Ride Alone.” (Iwan Rasta, 226)
0 comments
Kami selalu terbuka untuk segala kritik dan saran dari para Sahabat Buku sekalian, silahkan mengisi kolom komentar untuk menumpahkannya. Terima kasih.